Setelah
17 tahun berkarier di tengah lapangan hijau menjadi ujung tombak enam tim yang
berbeda, pria asal Skotlandia bernama Alexander Chapman Ferguson yang pada
akhirnya dikenal dengan nama Sir Alex Ferguson itu, akhirnya memutuskan untuk
gantung sepatu. Namun, kecintaannya kepada si kulit bundar tidak membuatnya
berhenti terlibat di dunia sepakbola. Ferguson memutuskan untuk mengadu nasib
menjadi manajer klub. Jalan panjang dan berliku menangani klub, menjadikan
Ferguson kian matang.
Menjadi
manager paruh waktu
Setelah
memutuskan untuk berhenti bermain sepakbola usai membela klub terakhirnya, Ayr
United pada Juni 1974, Ferguson berhasil mendapatkan pekerjaan pertamanya
menjadi seorang manajer ketika East Stirlingshire menunjuk Ferguson yang pada
saat itu masih berusia 32 tahun. Namun, pekerjaannya sebagai seorang manajer
hanya sebatas part-time. Ferguson digaji oleh Strilingshire sebesar 40
pound atau Rp 728 ribu per-pekan.
Tak mudah menjadi seorang manajer klub. Di masa-masa awalnya, Ferguson harus dipusingkan dengan kondisi Strilingshire yang pada saat itu tidak memiliki kiper. Ferguson terkenal galak dan bahkan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman kepada pemainnya. Pengalaman tersebut diungkapkan oleh penyerang Strilingshire saat itu, Bobby McCulley.
"Sebelumnya saya tidak pernah takut kepada siapa pun, tapi Ferguson, dia adalah pria yang sangat menakutkan sejak pertama kali kami bertemu," ujar McCulley.
Akan tetapi, Ferguson hanya bertahan selama empat bulan mengarsiteki Stirlingshire karena ada klub yang ingin menjadikannya sebagai manajer full-time, Saint Miren.
Tak mudah menjadi seorang manajer klub. Di masa-masa awalnya, Ferguson harus dipusingkan dengan kondisi Strilingshire yang pada saat itu tidak memiliki kiper. Ferguson terkenal galak dan bahkan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman kepada pemainnya. Pengalaman tersebut diungkapkan oleh penyerang Strilingshire saat itu, Bobby McCulley.
"Sebelumnya saya tidak pernah takut kepada siapa pun, tapi Ferguson, dia adalah pria yang sangat menakutkan sejak pertama kali kami bertemu," ujar McCulley.
Akan tetapi, Ferguson hanya bertahan selama empat bulan mengarsiteki Stirlingshire karena ada klub yang ingin menjadikannya sebagai manajer full-time, Saint Miren.
Karier
manager pertama
Keputusan
untuk pindah ke Saint Miren yang pada saat itu berkompetisi di Divisi Dua Liga
Skotlandia ternyata jadi pilihan tepat untuk manajer yang terkenal doyan minum
anggur ini. Bersama St Miren, Ferguson pun menjalani karier profesional
pertamanya sebagai manajer.
Mengarsiteki klub berjuluk The Buddies jadi tonggak sejarah pribadi Ferguson untuk memantapkan posisinya sebagai manajer yang patut diperhitungkan di Skotlandia, dan menjadi kunci untuknya merebut perhatian persepakbolaan Eropa. Ferguson membutuhkan tiga musim untuk bisa meraih kesuksesannya bersama St Miren.
Perlahan tapi pasti, setelah musim pertamanya berjalan mulus, Ferguson yang menggantikan Jock Stein, akhirnya muncul sebagai manajer jawara dengan membawa St Miren menjadi juara Divisi Dua Liga Skotlandia di akhir musim 1976-1977. Ferguson berhasil membawa St Miren meraih gelar juara dengan memaksimalkan potensi pemainnya yang rata-rata berusia 19 tahun, seperti Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Lex Richardson, Frank McGarvey, Bobby Reid.
Kesuksesan Ferguson membawa St Miren ke Liga Premier Skotlandia berbuah manis. Ada salah satu klub elite Skotlandia Aberdeen yang menunjuknya untuk menggantikan posisi Billy McNeill setelah empat musim menangani St Miren. Tawaran itu sulit untuk ditolak. Kesuksesan yang lebih besar pun menunggu Ferguson bersama Aberdeen
Menggenggam eropa untuk kali pertama
Mengarsiteki klub berjuluk The Buddies jadi tonggak sejarah pribadi Ferguson untuk memantapkan posisinya sebagai manajer yang patut diperhitungkan di Skotlandia, dan menjadi kunci untuknya merebut perhatian persepakbolaan Eropa. Ferguson membutuhkan tiga musim untuk bisa meraih kesuksesannya bersama St Miren.
Perlahan tapi pasti, setelah musim pertamanya berjalan mulus, Ferguson yang menggantikan Jock Stein, akhirnya muncul sebagai manajer jawara dengan membawa St Miren menjadi juara Divisi Dua Liga Skotlandia di akhir musim 1976-1977. Ferguson berhasil membawa St Miren meraih gelar juara dengan memaksimalkan potensi pemainnya yang rata-rata berusia 19 tahun, seperti Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Lex Richardson, Frank McGarvey, Bobby Reid.
Kesuksesan Ferguson membawa St Miren ke Liga Premier Skotlandia berbuah manis. Ada salah satu klub elite Skotlandia Aberdeen yang menunjuknya untuk menggantikan posisi Billy McNeill setelah empat musim menangani St Miren. Tawaran itu sulit untuk ditolak. Kesuksesan yang lebih besar pun menunggu Ferguson bersama Aberdeen
Menggenggam eropa untuk kali pertama
Ferguson
tak bisa melupakan penggalan kisah hidupnya di tahun 1978. Bagaimana mungkin
mampu melupakan? Di pengujung tahun itu, Fergie ingat benar dengan sadar
melangkahkan kakinya ke Stadion Pittodrie yang menjadi markas Aberdeen klub
barunya..
Sebagai pelatih muda yang kala itu masih berusia 37 tahun, jelas tak mudah mengarsiteki klub besar sekelas Aberdeen yang berjuluk The Dons di Skotlandia. Namun semangat dan cita-citanya yang tinggi untuk menggenggam dan menguasai sepakbola Eropa terus membara di dalam hati
Sebagai pelatih muda yang kala itu masih berusia 37 tahun, jelas tak mudah mengarsiteki klub besar sekelas Aberdeen yang berjuluk The Dons di Skotlandia. Namun semangat dan cita-citanya yang tinggi untuk menggenggam dan menguasai sepakbola Eropa terus membara di dalam hati
Namun,
perjalanan Ferguson bersama Aberdeen memang tidaklah mudah. Di musim
pertamannya 1978-1979, Fergie hanya bisa membawa Aberdeen menyelesaikan Liga
Premier Skotlandia di peringkat keempat dengan 40 poin. Sementara, yang
bertengger di puncak klasemen ketika itu Celtic dengan 48 poin. Meski hanya
mampu berada di posisi ke-4, tapi Aberdeen lolos ke babak putaran pertama Liga
Europa yang pada masa itu masih dikenal dengan sebutan Piala UEFA atau UEFA
Cup. Ajang itulah yang menjadi kiprah pertama
Fergie di kompetisi Eropa Nasib Fergie masih kurang beruntung. Aberdeen langsung tersingkir di babak pertama setelah ditaklukkan Eintracht Francfurt dengan agregat skor 1-2.
Kekalahan itu rupanya justru mencambuk Fergie untuk berbuat lebih baik lagi. Pria asal kota kecil Govan di kawasan pelabuhan Glasgow itu mempermak penampilan skuatnya terutama di saat bursa transfer musim panas 1979 tiba. Pemainnya seperti bintang Aberdeen waktu itu Jim Leighton, Willie Miller, Alex McLeish, dan Gordon Strachan lebih dimaksimalkan lagi kemampuannya. Keputusan untuk menggelontorkan dana besar ternyata berbuah kesuksesan.
Di musim 1979-1980, Ferguson dan skuat baru Aberdeen akhirnya meraih gelar juara Liga Premier Skotlandia. Aberdeen juara dengan total poin 48, satu poin lebih banyak dari Celtic yang berada di posisi kedua. Aberdeen pun berkesempatan untuk berlaga di Liga Champions yang pada saat itu masih disebut Piala Eropa atau European Cup di musim 1980-1981. Sayangnya, Aberdeen kembali gagal bersaing karena kalah dari Liverpool dengan agregat
skor 0-5 diputaran kedua
Fergie di kompetisi Eropa Nasib Fergie masih kurang beruntung. Aberdeen langsung tersingkir di babak pertama setelah ditaklukkan Eintracht Francfurt dengan agregat skor 1-2.
Kekalahan itu rupanya justru mencambuk Fergie untuk berbuat lebih baik lagi. Pria asal kota kecil Govan di kawasan pelabuhan Glasgow itu mempermak penampilan skuatnya terutama di saat bursa transfer musim panas 1979 tiba. Pemainnya seperti bintang Aberdeen waktu itu Jim Leighton, Willie Miller, Alex McLeish, dan Gordon Strachan lebih dimaksimalkan lagi kemampuannya. Keputusan untuk menggelontorkan dana besar ternyata berbuah kesuksesan.
Di musim 1979-1980, Ferguson dan skuat baru Aberdeen akhirnya meraih gelar juara Liga Premier Skotlandia. Aberdeen juara dengan total poin 48, satu poin lebih banyak dari Celtic yang berada di posisi kedua. Aberdeen pun berkesempatan untuk berlaga di Liga Champions yang pada saat itu masih disebut Piala Eropa atau European Cup di musim 1980-1981. Sayangnya, Aberdeen kembali gagal bersaing karena kalah dari Liverpool dengan agregat
skor 0-5 diputaran kedua
Selain
gagal di kancah Eropa, penampilan Aberdeen di Liga Premier Skotlandia pun
melempem. Tak hanya itu, Fergie juga gagal membawa Aberdeen mempertahankan
gelar juaranya yang direbut pesaing utamanya Celtic. Sang jawara saat itu hanya
unggul dua poin di akhir musim kompetisi dengan 55 poin pada musim 1980-1981.
Ternyata kegagalan Ferguson membawa Aberdeen kembali berulang pada musim
berikutnya, 1981-1982. Memang tak seluruhnya kerja keras Ferguson berbuah
kegagalan. Fergie masih terobati dengan raihan gelar juara di ajang Piala
Skotlandia 1981-1982.
Pepatah lama yang mengatakan 'Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda' terbukti kebenarannya. Alexander Chapman Ferguson sendiri yang telah membuktikannya.
Sebagai pemegang gelar juara Piala Skotlandia, Aberdeen berhak tampil di ajang Piala Winner UEFA 1982-1983. Mendapati dirinya tampil di Piala Winner, Ferguson seolah tidak menghiraukan Liga Premier Skotlandia yang gagal di menangkannya. Ferguson secara mengejutkan berhasil memenuhi headline media Eropa usai membawa Aberdeen meraih gelar juara Piala Winner. Gelar Eropa pertama Ferguson itu berhasil diraih setelah mengalahkan Real Madrid, 11 Mei 1983, dengan skor 2-1.
Kesuksesan Aberdeen di Eropa pun kembali berlanjut ketika mereka tampil di Piala Super Eropa 1983. Ketika itu, Aberdeen mampu mempecundangi juara European Cup, Hamburg SV, dengan skor 0-2 di Volksparkstadion, 22 November 1983.
Pepatah lama yang mengatakan 'Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda' terbukti kebenarannya. Alexander Chapman Ferguson sendiri yang telah membuktikannya.
Sebagai pemegang gelar juara Piala Skotlandia, Aberdeen berhak tampil di ajang Piala Winner UEFA 1982-1983. Mendapati dirinya tampil di Piala Winner, Ferguson seolah tidak menghiraukan Liga Premier Skotlandia yang gagal di menangkannya. Ferguson secara mengejutkan berhasil memenuhi headline media Eropa usai membawa Aberdeen meraih gelar juara Piala Winner. Gelar Eropa pertama Ferguson itu berhasil diraih setelah mengalahkan Real Madrid, 11 Mei 1983, dengan skor 2-1.
Kesuksesan Aberdeen di Eropa pun kembali berlanjut ketika mereka tampil di Piala Super Eropa 1983. Ketika itu, Aberdeen mampu mempecundangi juara European Cup, Hamburg SV, dengan skor 0-2 di Volksparkstadion, 22 November 1983.
Dua
kesuksesan di Eropa membuat Ferguson dan Aberdeen semakin percaya diri untuk
tampil di musim 1983-1984, yang ketika itu skuat asuhannya tampil menjadi juara
Liga Premier Skotlandia untuk ketigakalinya. Selain itu, Aberdeen pun berhasil
meraih gelar Piala Skotlandia 1984. Ferguson mampu mempertahankan gelar juara
Liga Premier Skotlandia di musim berikutnya.
Sayangnya,
di musim terakhirnya bersama Aberdeen 1985-1986, Ferguson gagal mempertahankan
gelarnya, dan hanya bisa menyumbangkan gelar juara Piala Skotlandia serta Piala
Liga Skotlandia. Tapi walau gagal mempertahankan gelar juara, Ferguson berhasil
menarik perhatian klub besar asal Liga Premier Inggris, Manchester United.
MU yang kepincut dengan kemampuan Ferguson, lalu memboyong pria Skotlandia berusia 45 tahun tersebut. Bersama klub berjuluk The Red Devils itu Fergie mendapat tantangan yang lebih besar. Bagaimana kiprah Alexander Chapman Ferguson di klub barunya Manchester United? Simak terus lanjutan, Kisah Alex Ferguson: Orang Skotlandia Penguasa Inggris.
MU yang kepincut dengan kemampuan Ferguson, lalu memboyong pria Skotlandia berusia 45 tahun tersebut. Bersama klub berjuluk The Red Devils itu Fergie mendapat tantangan yang lebih besar. Bagaimana kiprah Alexander Chapman Ferguson di klub barunya Manchester United? Simak terus lanjutan, Kisah Alex Ferguson: Orang Skotlandia Penguasa Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar